Kamis, 29 Mei 2008

First Time..

Berjualan pertama kali..?
SD kelas 2, es dan pepelenungan (jel yang bisa di buat balon dengan cara di tiup)

Baca buku motivasi pertama..?
SMU - "you can if you think you can"

HP pertama..?
2003, Nokia 3210

Rangking ke-1 pertama kali..?
SD kelas 4
*** teman nanya : memang SD-nya dimana (ko bisa rangking 1 ..? he3

Naik kereta pertama kali..?
1999, James west (kereta kebangsaan orang Cibatu) jurusan Cibatu - Bandung

Megang PC pertama kali..?
1999 di daerah halte utara - Bandung (PC punya Ia, tengkyu bro)

Selalu ada kenangan tersendiri pada setiap moment yang melekat kata "pertama kali". Tengkyu God ... dulu sempet dikasih 'amnesia-parsial' sehingga lebih bisa menghargai apa itu arti sebuah memory.

ok. @ playcomm

Label:

Quote

Merenung kala dinihari merupakan anomali yang jarang gw lakukan, hari ini anomali ini terjadi lagi he3. Temanya tentang kematian..

"Jadikanlah indah dan bermakna jika kematian itu sebuah keharusan"

"Kehidupan tak lebih dari sekedar waktu tambahan untuk mempersiapkan sebuah kematian yang baik"


ok. @wgp

Label:

Wirausaha

Ada teman pernah bertanya : "lo mo jadi pengusaha biar kaya atau biar bisa nikahin artis ...?!"
Sederhana saja, prosentasi pengusaha di negara ini kurang dari 0,8% (hasil baca sekilas makalah Sandiaga Uno, ketua HIMPI).

Perputaran ekonomi (uang) dalam sebuah negara dikendalikan oleh dua komponen :
1. Pemerintah dengan program-program pembangunannya
2. Pengusaha dengan bisnis-bisnisnya
Ketika pemerintahan masih identik dengan budaya yang tidak bermoral -KKN- maka perputaran ekonomi hanya menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang tidak merata. Hanya Jawa saja, hanya orang dalam lingkaran kekuasaan saja, hanya keluarga tertentu saja, etc. Padahal aspek pemerataan merupakan salah satu prinsip keadilan dalam berekonomi.
Jadi .. memperbesar prosentase kelompok pengusaha merupakan salah satu solusinya. Bukan hanya memperbesar, tapi juga melakukan HETEROGENISASI kelompok pengusaha. karena pengusaha yang eksis saat ini kebanyakan datang dari keluarga pengusaha juga. Lingkarannya disitu-situ saja, harus di perluas !!!

Tentunya usaha-usaha lain yang difokuskan untuk memperbaiki pemerintahan harus dilakukan, tapi sori.. gw belum akan mengisi pos itu.
Minimal untuk saat ini..

ok. @afteroffice

Label:

Senin, 26 Mei 2008

Porsi Berita

Ada yang pernah meneliti konten berita yang ada di tv..?!
Sepertinya konten kriminal, kerusuhan, korupsi, kesemrawutan, ketimpangan lebih mendominasi pemberitaan tv kita. Apakah ini cerminan kondisi sosial kita atau politik peliputan para dewan redaksi atau kualitas jurnalis kita yang masih belum bisa mengcover identitas sosial kita secara jernih..?!

Terkadang gw setuju sama pendapat temen "TV nyaris ga ada manfaatnya". Berita hanya menampilkan sisi negatif bangsa ini, sinetron hanya menampilkan sisi bodoh bangsa ini, film-film barat hanya menampilkan sisi inferior bangsa ini, reality show hanya menampilkan budaya instan bangsa ini. Mana identitas positif yang bisa bangsa ini pelajari dari tv kita ...?

Salah siapa coba ..? jawabannya jelas : kita, pelaku industri tv dan Nielsen. Atau mungkin juga para ahli matematika kita terlalu kesulitan untuk menciptakan metode rating yang validitasnya bisa dipertanggungjawabkan tanpa membuang data-data pencilan yang mungkin disana termuat hasrat positif buat perbaikan bangsa ini. Jadi inget kuliah analisa pencilan neh :D

Ngomong-ngomong tentang identitas ... seharusnya identitas itu sesuatu yang bisa kita banggakan ketika bertatap muka dengan yang lain. Identitas bukan hanya sebuah nama formal yang hampa makna dan motivasi.
Lantas sisi mana dari bangsa ini yang patut kita jadikan identitas kolektif kita..? Perlukah bangsa ini menyewa ogilvy untuk melakukan usaha-usaha kreatif untuk melakukan re-Branding he3

God save us..

ok. @dinihari

Label:

Hmmm..

Pengalaman mental ketika menjelang lulus SMU sedang terulang kembali saat ini...

menginginkan sesuatu..
tidak mengetahui bagaimana cara memulai menggapainya..
support dari lingkungan berada pada level minimal..
so.. TRY n ERROR

let's see


ok. @dinihari

Label:

Sabtu, 24 Mei 2008

Bangkit



Ada salah satu hobi gw yang cukup iseng... liatin iklan

Ketika harkitnas kemaren berbagai event perayaan di gelar oleh pemerintah maupun swasta. Mungkin perayaan yang paling wah adalah yang di GBK, kalo ga salah disiarin langsung oleh beberapa TV.

Tapi kalau pertanyaannya di rubah, mana yang paling berarti...?? Mungkin bagi para kontraktor yang terlibat event-event perayaan itu event itulah yang paling berarti. Karena mereka bisa mendapatkan suntikan uang untuk mempermanis cash-flow mereka.

Tapi bagi gw ... PSA dari Bang Mizwar inilah yang paling berarti. Karena .....aku untuk Indonesia.


ok. @ playcomm

Label:

Senin, 19 Mei 2008

Totalitas dalam sebuah pilihan

Ada sebuah cerita yang sangat me-REFRESH visi dan ekspektasi dari sebuah pekerjaan, yang sangat mungkin bagi kebanyakan orang pekerjaan itu terlihat sederhana dan tidak bervisi. Cerita ini berasal dari kiriman e-mail seorang teman dan sepertinya memang sudah beredar luas di internet.

***


Beberapa waktu yang lalu saya memberikan pelatihan mengenai sikap kerja di sebuah hotel berbintang lima di Singapura. Salah satu peserta pelatihan adalah Pak Lim, seorang pria berusia 60 tahunan yang bekerja di hotel tersebut. Bagi saya pekerjaan sehari-hari Pak Lim sangatlah monoton dan membosankan.

Setiap hari, dengan membawa sebuah daftar, dia mengecek engsel pintu setiap kamar hotel. Saya akan menceritakan sedikit bagaimana tugas Pak Lim sebenarnya. Pak Lim memulai rangkaian tugasnya dengan mengecek engsel pintu pintu kamar 1001 dan memastikan bahwa engsel dan fungsi kunci pintu berfungsi dengan baik. Pengecekan yang dilakukannya bukanlah pengecekan "seadanya", namun pengecekan yang saksama di setiap engsel dan memastikan bahwa setiap pintu bisa dibuka-tutup tanpa masalah. Untuk mengecek satu pintu saja, Pak Lim berulang kali membuka dan menutup pintu tersebut hanya untuk memastikan bahwa semuanya berfungsi dengan baik. Barulah setelah puas, dia memberi paraf pada daftar yang dibawanya dan mengecek pintu kamar berikutnya, kamar 1002, dia melakukan hal yang sama, begitu seterusnya.

Dalam sehari, Pak Lim bisa mengecek pintu 30 kamar. Anda tentu bertanya, berapa hari waktu yang dibutuhkan Pak Lim untuk mengecek pintu semua kamar di hotel itu. kurang lebih sebulan! Tidak mengejutkan sebenarnya karena hotel berbintang lima ini memiliki sekitar 600 kamar. Tugas pengecekan Pak Lim dapat diibaratkan sebagai lingkaran. setelah pintu kamar terakhir selesai dicek, Pak Lim akan kembali lagi ke kamar pertama, kamar 1001. Rangkaian tugas ini terus berjalan seperti itu, dari hari ke hari, bulan ke bulan,tahun demi tahun. Pekerjaan semacam ini jelas merupakan pekerjaan monoton, tanpa variasi dan membosankan!

Saya sendiri tidak habis pikir, bagaimana mungkin Pak Lim masih bisa cermat dan teliti mengecek setiap engsel pintu dalam menjalani tugas yang membosankan ini. saya membayangkan, seandainya saya sendiri yang diminta melakukan hal semacam ini, mungkin saya akan memeriksa setiap engsel sekedarnya saja. Karena sangat penasaran, suatu hari saya bertanya kepada Pak Lim apa yang sebenarnya membuatnya begitu tekun menjalani pekerjaan rutin itu.

Jawabannya sungguh diluar dugaan saya. Dia mengatakan," James, dari pertanyaan Anda, saya bisa menyimpulkan bahwa Anda tidak mengerti pekerjaan saya. Pekerjaan saya bukan sekedar memeriksa engsel, tetapi lebih dari itu. Begini. Tamu-tamu kami di hotel berbintang lima ini jelas bukan orang sembarangan. Mereka biasanya adalah Kepala Keluarga, CEO sebuah perusahaan, Direktur atau Manajer Senior. Dan saya tahu mereka semua jelas bertanggung jawab atas kehidupan keluarga mereka, dan juga banyak karyawan dibawahnya yang jumlahnya mungkin 20 orang, 100 atau bahkan ribuan orang.

"Nah, kalau sesuatu yang buruk terjadi di hotel ini, misalnya saja kebakaran dan pintu tidak bisa dibuka karena engselnya rusak, mereka bisa meninggal di dalam kamar. Akibatnya bisa Anda bayangkan, pasti sangat mengerikan, bukan hanya untuk reputasi hotel ini, tetapi juga bagi keluarga mereka, karyawan yang berada di bawah tanggungan mereka. Keluarga mereka akan kehilangan sosok Kepala Keluarga yang menafkahi mereka dan karyawan mereka akan kehilangan sorang pimpinan senior yang bisa jadi mengganggu kelancaran perusahaan. Sekarang Anda mungkin dapat mengerti bahwa tugas saya bukan sekedar memeriksa engsel, tapi menyelamatkan Kepala Keluarga dan Pimpinan unit bisnis sebuah perusahaan.

Jadi, jangan meremehkan tugas saya."


***


Sepertinya tingkat pendalaman orang terhadap pilihan-pilihan yang telah diambil sangatlah beragam. Tapi walaupun sangat beragam sepertinya keragaman itu masih dapat diproyeksikan kedalam 3 level :

1. Fisik

Menjalani pilihan hanya sebagai sebuah rutinitas fisik untuk memastikan basic need berapa pada level aman.


2. Pikiran (knowledge versus profitabilitas)

Ada sebuah optimalisasi eksekusi sebuah pilihan dengan menambahkan aspek knowledge kedalamnya, tapi hasrat optimalisasi ini hanya dipicu oleh hasrat lain untuk mendapatkan profitabilitas yang lebih optimal juga. Masih self-oriented, self dalam arti lingkungan terdekat yang berada dalam otorisasi dia.


3. Mental

Optimalisasi eksekusi yang dilakukan lebih dimuati hasrat-hasrat yang sifatnya langgeng dan agung. Ideologi, agama dan kemanusiaan merupakan salah satu dari sekian banyak hasrat yang bisa dijadikan contoh.

Kalau membaca cerita para samurai, para pejuang kemerdekaan, para pejuang keyakinan yang fatalistik (Barat punya istilah tersendiri, teroris) dan orang-orang yang invisible dari publisitas dan pemujaan tapi sangat berdampak buat masyarakat .... mungkin mereka telah melakukan pendalaman setiap pilihan mereka sampai pada level ini.


Seandainya masing-masing kita bisa melakukan proses pendalaman yang kuat terhadap masing-masing pekerjaan dan pilihan kita tentunya proses kehidupan akan menjadi sempurna. Sayangnya... ketika level kehidupan seperti itu tercapai kita tidak akan lagi berjumpa dengan manusia he3.


Hmmm ... Menjadikan indah dan bermakna untuk setiap pilihan yang kita ambil merupakan sebuah seni yang rumit, tapi hanya dengan begitulah pilihan-pilihan itu menjadi berkualitas.


Tengkyu ... para rohaniawan yang saleh, para ilmuwan dan kreator yang visioner, para designer yang perfeksionis, para negarawan yang bijak, para penjahat cerdas dan semua orang yang optimal pada posnya masing-masing.



ok. @
Kelapa Gading

Label: